b:section class='crosscol' id='crosscol' showaddelement='yes'/>

Suatu perputaran masa giring merpati tinggi yang harus di perhatikan

Dibuat kebingungan saat merpati tidak giring keras.Tentu saja masalah giring tersebut akan membuat rencana pelatihan akan menjadi berantakan.


Bagaimana caranya mengatasi masalah giring pada merpati tinggian.



LATIHLAH MERPATI TINGGI SAAT GIRING KERAS,JANGAN SAMPAI MERPATI YANG KITA SANYANGI AKAN MENGECEWAKAN
  • Merpati cenderung menjadi stress dan takut pada kondisi disekitarnya karena tidak fokus pada betinanya
  • Mendarat jauh dari betinanya atau lebih bahayanya mendarat di betina lain sebelum sampai ke lapangan.
  • Tidak mau turun sekali jadi atau malah tidak mau turun sama sekali, lama berputar-putar diatas Burung hinggap/menclok karena tidak ada semangat untuk terbang pulang mencari betinanya
Pengertian akan siklus giring pada merpati menjadi hal mendasar yang harus terlebih dahulu dipahami.
Suatu sirkulasi / perputaran masa giring yang harus di perhatikan.
   
Bila berniat ingin menetaskan telur merpati sampai menetas pelihara dengan penuh kesabaran karena mempunyai naluri alami.

Beberapa masalah yang dapat timbul apabila merpati tetap dilatih pada saat giringnya jelek adalah sebagai berikut :

Hal-hal tersebut diatas tentunya akan sangat mengecewakan apabila menjadi kebiasaan pada merpati yang kita sayangi. 

Hal tersebut biasanya diakibatkan karena pemilik/joki memaksakan merpati untuk tetap menjalankan pelatihan sementara kondisi giringnya belum/tidak baik. 

Yang pada gilirannya mengakibatkan waktu, pikiran, tenaga dan biaya yang dikeluarkan menjadi terbuang percuma karena hasil yang didapat tidak seperti yang direncanakan.

Membuat giring keras merpati tinggian  memang terkadang membutuhkan perhatian ekstra dari para pemilik/perawat merpati karena tidak semua merpati memiliki karakter yang mudah untuk dibuat menjadi giring keras. 

Siklus giring pada merpati, mulai dari cabut telur, menuju giring, giring keras sampai bertelur. Dengan mengetahui siklus giringnya, kita dapat mengatakan bahwa merpati ini terlalu cepat atau terlalu lambat giringnya, terlambat atau pas bertelurnya ,sehingga dapat diambil tindakan-tindakan selanjutnya.

1. Penjodohan kembali setelah masa bertelur ( cabut telur )

2. Biasanya merpati akan kembali mulai kawin setelah 2-3 hari seusai cabut telur

3. Kemudian akan mulai agak giring ) -+ 4-5 hari setelah cabut telur( yang normal / umum) 
ada beberapa yg sudah mulai kawin tak lama setelah telur di angkat , dan
ada beberapa yg sangat lama mulai naik giring nya  sekitar 5-6 hari ,
hal ini biasanya disebabkan oleh kurang sering nya merpati tersebut kawin / bisa disebabkan oleh bermacam faktor.

4. Naik giring , biasanya / umumnya sekitar 5-6 hari setelah cabut telur.setelah merpati mulai naik giring  secara bertahap tingkat/kadar giring nya mulai naik setiap hari seiring dengan rutinitas kawin nya yg semakin sering , hingga akan menjadi giring keras/ngeket setelah hari ke 5-7 setelah cabut telur.
ada beberapa yang bisa lebih cepat giring keras nya dan 
ada beberapa yang sangat lama mencapai giring kerasnya ( bisa sampai 7-8 hari ) otomatis yg terlambat giring keras nya akan berdampak pada terlambat nya masa bertelur .

5. Masa bertelur ( umumnya sekitar 9-10 hari setelah cabut telur sebelumnya ) masa bertelur ini suatu masa dimana seharusnya merpati mengikuti rutinitas alamiahnya , yaitu mengeram.dalam masa mengeram ini merpati akan beristirahat dalam jangka waktu yg cukup ( standard nya 7-9 hari ) utk memulihkan kondisi fisik dan staminanya.makanya perlu di ingat bahwa masa mengeram ini sangat lah penting utk menjaga kondisi fisik , stamina dan psikologi merpati .setelah merpati mengeram selama -+ 7-9 hari , telur nya sudah bs di cabut / di angkat agar merpati dapat kembali di giringkan


sebaiknya mengangkat telur / mencabut telur merpati di lakukan pada malam hari saat merpati tidak ber aktifitas dan pindah kan dulu merpatinya apabila ingin mengambil telur . ini menjaga psikologi merpati agar tidak terganggu jadi jangan lah khawatir apabila merpati sering bertelur karena itu suatu rutinitas alami yg harus di jalani oleh si merpati tersebut .


Perawatan burung merpati bertelur sampai menetas.Pada saat sarang siap,dan burung menunggu peneluran pertama, burung jantan kadang mengusir burung betina secara kasar. 

Tampaknya sang jantan cemburu kepada sang betina dan mengusiknya agar tidak tenang dengan cara mengikuti betinanya ke mana saja, sehingga burung betina itu hampir-hampir tidak mempunyai kesempatan untuk makan dan minum. 

Dalam sekali pengeraman merpati hanya bertelur sebanyak 2 butir. Telur pertama muncul hampir bersamaan dengan selesainya sarang. . Burung betina mulai mengerami telur ini secara setengah-setengah.

Pengeraman sepenuhnya dimuali setelah telur kedua keluar. Dan ini biasanya terjadi dua hari kemudian. Kedua induknya mengerami telur, tetapi burung betina mengerami telurnya lebih lama.

 Burung betina mengerami telur pada malam hari (dimulai dari sore hari sampai keesokan harinya) dan burung jantan pada siang harinya (pagi hari sampai sore hari).

Telur tidak pernah dibiarkan tak dierami untuk beberapa menit, kalau sampai telur dibiarkan tinggal lama dan menjadi dingin maka embrio yang ada di dalam telur akan mati dan telur tak akan menetas.

Pengeraman berjalan selam 17-19 hari, . Setelah dierami beberapa hari bila pembuahan berjalan baik dan ada perkembangan embrio di dalamnya, maka warna telur yang semula putih, akan berubah menjadi gelap (abu-abu biru).

Dalam masa pengeraman ini burung perlu mendapat kesempatan untuk mandi, sebab kelembapan yang dibawa oleh bulu burung sewaktu mengeram akan membuat kulit telur menjadi lunak dan dapat dipecah, sehingga anak burung mampu memecah kulit telur pada saatnya ia harus keluar.

Anak merpati merupakan makhluk yang lemah, berbeda dengan anak ayam atau anak burung puyuh. Tetapi dalam beberapa minggu saja, anak burung yang sebesar jempol tangan kita itu menjadi burung yang telah berbulu penuh dan besarnya sama dengan burung dewasa.

Sewaktu keluar dari telur anak burung itu buta dan sangat lemah, sehingga tidak kuat untuk mengangkat kepalanya untuk mencari makanan. Induk yang kebetulan mengerami anaknya akan segera tahu hal ini dan mulai memberinya makan.


Anak burung merpati mendapat makanan dengan diberi cairan dari tembolok induknya. Menjelang telur menetas, cairan untuk memberi makan anak-anak burung ini muncul dalam tembolok induknya, dan sang induk akan memuntahkan cairan ini serta memompakannya ke mulut anak burung yang dimasukkan ke paruh induknya.

Setelah anak burung berumur seminggu maka pemberian jumlah cairan akan dikurangi, dan ini diganti dengan memberi makanan yang lebih keras, untuk akhirnya mendapatkan makanan yang keras belaka (bijian seperti yang dimakan oleh induknya).

Orang lain juga sering membacanya;
sportgibaz.blogspot.com






Share:

Recent Posts

Protected by Copyscape